Selasa, 10 Maret 2009

Fotografi Jurnalistik

Mengapa Membuatku Terpikat?

LENSA Hati-ku
Dengan lensa aku ingin bicara
Lewat lensa aku mencoba bercerita
Mungkin tak seindah goresan lukisan
Karena ini sebuah gambar nyata
Yang barangkali selama ini tersembunyi
atau bahkan terlupakan...




Sebenarnya sudah cukup lama aku tertarik pada karya-karya foto jurnalistik. Dan sepenggal syair diatas aku tulis sebagai ungkapan kekagumanku. Salah satu buku koleksiku adalah Ocean of Tears (Samudra Air Mata), yang berisi karya-karya fotografer jurnalistik nasional saat memonumenkan peristiwa stunami Aceh tahun 2004 melalui bidikan lensa dan ketajaman mata hati mereka. Karya jurnalistik dalam buku itu seakan hidup, karena mampu bercerita tentang berbagai peristiwa dengan beragam tema dan makna.

Fotografi jurnalistik menurut kacamataku memang sangat unik. Tidak terlalu menuntut sentuhan art dan proses editing yang rumit seperti karya fotografi biasanya. Namun karya foto jurnalistik harus punya kekuatan dan ketajaman obyek. Dan lebih dari itu, hasil bidikan harus mampu menyampaikan pesan atau makna dalam suatu peristiwa. Oleh karena itu seorang fotografer jurnalistik dituntut memiliki tidak hanya ketajaman mata, namun juga ketajaman pikiran dan kepekaan insting, untuk menangkap satu peristiwa dan menjadikannya sebagai domumentasi yang bernilai.

Tantangan dalam fotografi jurnalistik bagiku juga sangat menarik. Karena kebalikan dari karya foto seni yang seringkali peristiwa atau obyeknya telah dipersiapkan lebih dulu, maka karya foto jurnalistik sangat tergantung pada momentum. Seringkali sebuah karya besar lahir dari sebuah bidikan spontan pada satu peristiwa sesaat.

Beberapa hasil bidikanku di bawah ini memang masih jauh untuk disebut sebagai ’karya’. Namun sebagai seorang pemula yang memiliki minat, aku ingin berbagi cerita lewat bidikan lensa hatiku tentang peristiwa di sekitar kita yang selama ini barangkali tersembunyi atau bahkan terlupakan. Gimana komentar kamu?



















MENEMBUS FAJAR -

Dari langit Jeddah menuju Surabaya (Foto : Anita Untoro-Surabaya)


















BALANCE -
Sebuah keseimbangan hidup yang indah, Berusaha dan Berdoa.
Ibu tua penyapu jalan ini menanggalkan capil dan meletakkan sapunya
untuk sejenak berdoa.
(Foto : Anita Untoro, Surabaya, Jawa Timur)





















CERIA –
Meski harus berbagi sebungkus nasi di jalanan, dua anak bangsa ini
tetap punya keceriaan. Mungkinkah terpikir oleh mereka tentang masa depan?
(Foto : Anita Untoro, Surabaya, Jawa Timur)






















PULANG –
Bisa pulang dengan selamat saat fajar sambil membawa hasil tangkapan
adalah kebahagiaan bagi para nelayan ini.
(Foto : Anita Untoro, Banyuwangi, Jawa Timur)





















FRESH FROM THE OCEAN –
Hasil tangkapan para nelayan kota Banyuwangi, biasanya langsung
diperjual belikan di tepi pantai.
(Foto : Anita Untoro, Banyuwangi, Jawa Timur)

2 komentar:

  1. Hebat Nit, masih sempat berkarya di blog. Foto2nya juga "berbicara", apalagi sebagai pemula (menurut Anita kan..) Surprise juga Anita hobby fotography. Kapan2 hunting bareng ya..
    Bravo, en tetap berkarya ya.....

    BalasHapus
  2. Keindahan foto hanya bisa dinikmat sesaat Tapi keindahanmu dapat dinikmati setiap saat Mungkin ini hanya permainan kata kata
    Tapi ini juga mungkin bukan hanya kata kata
    Keindahan seseorang dapat lihat dari perilaku Dan juga bisa berlaku......
    Ingat dulu
    Ingat sekarang
    Selalu ada keindahan disetiap orang
    yang membuat kita senang

    BalasHapus