Minggu, 22 Februari 2009

Everyday is Valentine's Day




















Jika ada cara baru untuk mengungkap rasa rindu,
aku ingin tahu, aku ingin tahu…
Jika ada cara yang belum dicipta untuk cinta,
aku ingin bisa, aku ingin bisa...

Lagu milik Marcell ini salah satu lagu favoritku. Selain arransemen musiknya yang indah, lirik lagunya mengajak kita untuk tak pernah berhenti mengungkapkan rasa cinta. Meski kita bukan seorang pujangga, nada cinta dapat kita ciptakan dari perasaan yang selalu dipenuhi dengan cinta. Dan ia akan mengalun indah dalam kehidupan kita.

Tidak percaya? Coba perhatikan, dan lihatlah apa yang terjadi di sekeliling kita. Jika kita membuka hati, pasti kita akan jumpai ada banyak cinta bertebaran dimana-mana. Aku pun bersyukur bisa merasakannya...

Bulan Desember 2008 lalu, sahabat-sahabat baikku memberi aku hadiah surpraise party tepat di pergantian malam hari ulang tahunku. Lezatnya tart coklat yang mereka siapkan tak sebanding dengan cinta mereka yang aku rasakan... Thanks sobat, tahun ini lagi dong!

Saat aku menyantap makanan-makanan kesukaanku yang khusus dimasak oleh Ibuku, aku rasakan ada bumbu cinta dalam resep masakannya. Hmmm.... I love you Mom!

Saat aku meneteskan air mata haru membaca puisi yang dikirimkan oleh pria terpenting dalam hidupku, Anton Untoro, ayah tercintaku, aku tahu ia menulisnya dengan penuh cinta. I love you Dad!

Saat bulan lalu aku berduka, dan seorang sahabatku dengan sabar selalu mendengarkan curhatku, menemaniku dan berusaha menghiburku, aku merasakan cinta.

Saat aku melihat tangan mungil keponakan kecilku membetulkan letak selimut mamanya yang sedang tertidur, aku melihat ada cinta.

Saat seorang sahabatku tertimpa musibah, dan secara spontan kami para sahabatnya mengulurkan tangan, kami melakukannya dengan cinta.

Saat aku melihat seorang bapak tua mengayuh becaknya dengan penuh peluh, aku melihat ia punya kekuatan cinta untuk keluarganya.

Saat temanku membatalkan janji untuk bertemu, dan lebih memilih mendampingi anaknya belajar karena sedang ujian, itu karena cinta.

Saat aku memeluk Gaby, gadis kecil yatim piatu itu, dan bersyukur selama ini ia baik-baik saja, aku merasakan keindahan cinta.

Saat kita melakukan sesuatu dengan tulus dan tak menuntut suatu apa, kita telah menebarkan cinta...

Cinta ada di sekeliling kita, dan banyak cara untuk mengungkapkannya.
Mari selalu penuhi hari-hari kita dengan cinta, karena Tuhan menganugerahkanya bagi kita semua...

Heboh Batu Ajaib Ponari, Potret Ketidakberdayaan Masyarakat Miskin

Siapa yang tak mengenal Ponari? Bocah kecil dari dusun Kedungsari, Jombang, Jawa
Timur, itu telah menghebohkan seantero negeri ini.
Heboh bukan hanya karena ia punya ’batu ajaib’ yang konon bisa menyembuhkan segala penyakit. Banyak hal lainnya yang mengikuti peristiwa ini menjadi makin menarik perhatian. Jumlah pasien yang konon mencapai 10.000 ribu orang per hari, jumlah sumbangan sukarela yang konon sudah mencapai ratusan juta rupiah, hingga jatuhnya korban tewas akibat berdesakan demi mencari kesembuhan lewat khasiat batu ajaib itu.

Namun dibalik segala kehebohan ‘batu ajaib’ milik Ponari, ada satu kenyataan yang membuat hati miris. Kenyataan bahwa keyakinan yang sangat kuat akan keampuhan batu itu telah mengalahkan akal sehat. Ribuan orang rela berdesakan, berhimpitan, kehujanan dan harus berkubang lumpur, demi sebuah harapan pada seonggok batu. Sungguh naïf, di era yang serba digital sekarang ini, cerita yang berbau klenik dan mistis ternyata masih memiliki daya pikat yang luar biasa. Benarkah batu yang konon diperoleh dari sambaran petir itu memang batu ajaib? Benarkah batu itu mampu menyembuhkan segala penyakit?

Aku hanya bisa melihat ‘legenda’ Batu Ajaib Ponari dari sisi yang lain. Dari sisi yang dapat terlihat jelas oleh mata hatiku. Yakni sebuah realita bahwa begitu banyaknya masyarakat miskin yang membutuhkan pengobatan dan penyembuhan. Dan jika dalam kenyataan hidup di negeri yang kita cintai ini kesehatan adalah sebuah kemewahan, maka kehebohan batu ajaib Ponari bisa jadi merupakan puncak dari ketidakberdayaan rakyat kecil untuk mendapatkan kesehatan.
Kenyataan mahalnya harga obat, tingginya biaya rumah sakit, mahalnya ongkos Dokter, serta minimnya fasilitas dan pelayanan kesehatan membuat golongan kurang beruntung ini makin terhimpit dan tak berdaya.
Liputan berbagai media, terutama televisi, secara gamblang telah menyajikan gambar-gambar fakta yang membuat hati trenyuh. Yang membuat makin miris, saat menyaksikan seorang pasien nekat meminum air hujan yang tertampung di atas atap terpal rumah Ponari. Sebuah realita yang sangat jauh dari rasional. Bahkan mulai menggerus iman.
Ketika praktek ‘dukun cilik’ Ponari ditutup pasca adanya korban meninggal, masyarakat yang sudah antri untuk berobat itu pun marah. Barangkali dengan penutupan praktek Ponari mereka merasa harapan hidupnya telah dirampas, harapan yang mungkin bagi mereka harapan terakhir. Meski, harapan itu harus digantungkan pada seonggok batu!

Realita yang memprihatinkan itu, sekali lagi, adalah cerminan dari ketidakberdayaan bahkan keputusasaan warga miskin yang belum tersentuh fasilitas kesehatan.
Ada satu pertanyaan besar yang mengganggu pikiranku kini. Kenyataan bahwa kemiskinan seringkali menjadi penghalang bagi sebuah kesembuhan, kenyataan tak terjangkaunya biaya pengobatan, lantas salahkah jika mereka, rakyat miskin itu, menaruh harapan pada batu ajaib Ponari? Adakah pilihan yang lebih baik bagi mereka selain batu ajaib milik Ponari? Barangkali hanya para petinggi di negeri ini yang bisa menjawabnya…

Kamis, 12 Februari 2009

Hari Ini Milik Kita!

Sedang berada dimanakah kita sekarang? Kita berada di hari ini!
Kapankah kita bisa berbuat sesuatu yang berarti?
Hanya bisa di hari ini!
Mengapakah kita masih ada hingga saat ini?
Karena kita punya hari ini!
Hari Ini Milik Kita!

Hari kemarin adalah milik masa lalu yang tak mungkin kembali lagi. Tidak ada yang perlu diperdebatkan, disesali, apalagi diratapi tentang hari kemarin. Kayu bakar yang telah menjadi abu tidak akan mungkin kembali menjadi kayu. Lantas kenapa kita membuang waktu untuk sesuatu yang sudah berlalu?

Hari depan adalah milik Tuhan yang menjadi rahasia Illahi. Tidak seorang pun di dunia ini yang mengetahui apa yang akan terjadi untuk hari depan. Lantas kenapa kita membuang waktu dengan memelihara rasa cemas, rasa takut dan kekuatiran yang kita sendiri pun tidak tahu mengapa?

Tuhan yang memberi kita hingga hari ini.
Mari kita syukuri dan kita hikmahi.
Melakukan yang terbaik di hari ini adalah satu-satunya pilihan bijak.
Karena esok belum tentu kita masih memiliki hari seperti hari ini.
Hari Ini Milik Kita!


Special thanks to :
Hugeng, teman SMP ku yang setelah belasan tahun kami lost contact, tiba-tiba dia muncul di akhir 2008 lalu. Teman baik yang dulu duduk di belakang bangkuku. Teman bercanda dan bertengkar, teman berbagi contekan PR dan berebut penggarisan.
Teman yang berbagai desain software karyanya kini dapat dijumpai di toko-toko Gramedia. Teman yang memiliki keluarga bahagia dengan isteri yang cantik dan baik hati, serta 2 buah hati yang lucu dan cerdas.
Teman yang selalu ada waktu untuk berbagi ilmu. Teman yang kini jadi sahabatku.

Hugeng, sahabat yang membantuku mewujudkan Blog-ku ini... Thanks Sobat!

Cinta Pandangan Pertama














Cinta pada pandangan pertama! Kalimat paling tepat untuk menggambarkan cintaku padanya. Aku memang langsung jatuh hati saat pertama kali melihatnya, 5 tahun yang lalu. Entah karena apa, yang jelas keberadaannya saat itu telah menarik perhatianku. Bukan hanya tubuhnya yang jangkung, tapi juga gayanya, sikapnya, sorot matanya, semuanya...
Kami pun mulai dekat. Saling bercerita, bercanda dan tertawa. Aku sangat bahagia saat bisa berlibur bersamanya, meski hanya berenang dan makan bersama.
Meski pun kami tidak terlalu sering bertemu, namun hatiku serasa sudah tertambat. Tak jarang dalam keheningan malam aku memikirkannya. ”Sudah tidur lelapkah dia disana?”

Saat kami makin dekat, keadaan harus membuat kami berpisah. Ia pindah ke kota Malang. Tak terlalu jauh dari Surabaya, namun cukup membuat hatiku sedih.
Ia pun sangat gembira saat aku mengunjunginya di Malang. Ia langsung menghambur dan memelukku. Aku pun makin cinta padanya...

Kesibukan pekerjaan telah membuat kami jarang lagi bertemu. Sebuah ego manusia yang lebih memilih urusan dunia dibanding memupuk rasa cinta. Dan tak terasa tiga tahun sudah kami benar-benar putus hubungan... Tragis!

Entah kekuatan apa (aku yakin kekuatan cinta!), akhir-akhir ini aku sering terbayang-bayang wajahnya. Bagaimana dia sekarang? Tidakkah ia merindukan kehadiranku?
Aku pun bertekad mencarinya. Betapa sedihnya aku saat ada info yang mengatakan ia telah pindah ke Bandung. Kemana aku harus menemuinya?
Akupun melacak ke rumahnya di Surabaya dan di Malang. Bersyukur ternyata ia masih tinggal di Malang, di rumahnya tiga tahun yang lalu.

Hari Minggu, 8 Februari 2009 adalah hari yang kutunggu. Itu adalah hari special karena aku akan bertemu lagi dengan cinta pandangan pertamaku.

Rumah besar dengan arsitektur zaman Belanda itu masih tampak seperti yang dulu. Pintu pagar besi yang lebar nampak dibiarkan terbuka seakan menyambut kedatanganku.
Aku menunggu di ruang tamu dengan hati berdebar.
Saat ia muncul, aku langsung memeluknya erat dan menciumi pipinya. Seakan tertumpah segala rindu dan rasa bersalah selama ini telah melupakannya. Ia semula nampak bingung seolah tidak mengenaliku. Aku pun berusaha mengembalikan ingatannya. Aku tunjukkan foto-foto kenangan saat kami sering bertemu di Surabaya. Ia pun tersenyum dan mulai mengingatku lagi.

Aku bahagia sekali melihat wajahnya ceria saat kuletakkan sebuah kado di tangannya. Ia pun segera berlari berhambur menghampiri teman-temannya seolah tak sabar menceritakan kebahagiaannya.












Aku dan Gaby


Ia, gadis cilik itu, Gaby, sejak kecil telah hidup di Panti Asuhan. Mungkin ia tidak pernah mengenal siapa orang tuanya. Tapi ia memiliki Ibu panti dan para pendamping yang selalu memberikan cinta kasihnya. Juga cinta kasih dari kita...

Gaby, yang pertama kali aku melihatnya di panti Asuhan Matahari Terbit Surabaya, kini telah tumbuh besar dan sudah kelas 4 SD. Melihat sosoknya kini, aku yakin ia gadis cilik yang kuat, tegar dan cerdas.
Kehidupan di panti asuhan telah menempanya menjadi manusia yang siap berjuang menghadapi kehidupan.




Menu makan siang Gaby

Saat meninggalkan ’rumah’ Gaby hari Minggu itu, ada keteduhan dalam hatiku. Sebuah keyakinan bahwa tangan Tuhan akan selalu menjaga mereka semua....
Akupun melambaikan tangan dan berjanji dalam hati.
Gaby, aku pasti akan kembali menjumpaimu!






Ket : Image Love diambil dari www.scientificblogging.com; photo by sis.





Rabu, 11 Februari 2009

Bidadari Kecil Dari Tuhan


Aku baru pertama kali melihatnya. Namun aku langsung yakin, dia adalah bidadari kecil dari Tuhan. Wajahnya sangat cantik, putih bersih, rambutnya hitam lebat, matanya menyorotkan ketulusan. Hatiku terasa teduh saat menatapnya. Aku bisa merasakan ada sebuah kekuatan yang membungkus dan melindungi tubuhnya. Sebuah kekuatan yang membuat bidadari kecil itu memancarkan aura cinta dan kasih pada orang-orang disekelilingnya, orang-orang yang dicintai dan mencintai dia. Dia suka tersenyum ceria seolah ingin menebarkan kebahagiaan pada semua orang di dekatnya.

Ia, bidadari kecil berumur 6 tahun yang sangat cantik. Dengan segala keterbatasannya akibat penyakit yang dideritanya sejak ia dilahirkan, ia tumbuh menjadi gadis kecil yang sangat luar biasa. Walau sepanjang hidupnya ia harus selalu tergolek di tempat tidur, kondisi itu tidak mengurangi sedikitpun semangat hidupnya. Di wajahnya seakan terpancar sinar indah yang meneduhkan. Mungkin cahaya surga.

Aku yakin, ia adalah bidadari kecil Tuhan yang sangat dikasihiNYA. Dan DIA menitipkan bidadari kecilNYA pada orang yang DIA pilih dan DIA percaya.
Dan orang yang dipercayaNYA adalah sepasang insan yang sangat luar biasa. Pasangan muda yang selama ini telah merawat bidadari kecil itu dengan segenap hati, penuh cinta kasih tiada batas. Sungguh sebuah pengalaman hidup yang tak ternilai harganya.
Aku sangat kagum pada mereka berdua, dan aku bangga bisa menjadi sahabatnya...

Dan awal Januari 2009 yang lalu, Tuhan telah menganugerahkan lagi seorang permata hati yang tampan dan sehat pada mereka berdua.
Percayalah sahabatku, Tuhan selalu terjaga....