Kamis, 29 Oktober 2009

Andai Poliandri Dibolehkan, Maukah Para Pria Dipoliandri?



Sejak diberitakan terbentuknya Club Poligami, ‘tema’ Poligami makin favorit menjadi perbincangan dan perdebatan. Masalah sensitif antar gender itu sampai kapanpun mungkin akan tetap menjadi kontraversi yang tak berkesudahan.

Poligami memang dibolehkan dalam Islam, dengan syarat MAMPU ADIL. Lantas, ADIL yang bagaimana yang disyaratkan itu? Adil, menurut kamus Bahasa Indonesia berarti sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak. Adil dalam ilmu akuntansi sama dengan balance, yang artinya seimbang. Seorang akuntan tidak akan meng-closed Neraca nya jika ada selisih walau satu rupiah pun pada account pasiva dan aktiva, karena Neraca itu mutlak harus balance, seimbang!. Adil dalam ilmu sipil atau arsitektur barangkali identik dengan presisi, yang artinya tepat, tidak boleh kurang juga tidak boleh lebih. Untuk mencapai presisi diperlukan perhitungan dengan ketelitian tingkat tinggi, karena meleset sedikit saja dapat berpengaruh pada struktur bangunan.

Lantas, jika Adil yang disyaratkan untuk berpoligami itu benar artinya adalah sama berat, seimbang, tepat, mampukah manusia melakukannya?
Kita bukan malaikat, bukan juga Rosul. Kita hanyalah manusia biasa yang punya akal pikiran, akal budi, perasaan, hati, dan naluri. Kita hanyalah manusia biasa yang juga punya ambisi, emosi, napsu, dan ego pribadi. Dan semuanya itu yang mempengaruhi kehidupan kita, bahkan dalam setiap helaan napas dan jejak langkah kita.
Dengan segala aset pribadi yang melekat itu, kira-kira mampukah manusia (kaum pria) melakukan adil dalam berpoligami? Hmmm... rasanya perlu perenungan mendalam untuk mendapatkan kejujuran semurni embun pagi. Dan.... kejujuran itu hanya dimiliki oleh hati nurani!

Bicara soal kejujuran, ada kenyataan menarik yang kamu semua perlu tahu. Singkat cerita, aku tanpa sengaja telah melakukan survey informal berkaitan dengan poligami. Caranya, dalam setiap kesempatan diajak ngobrol soal poligami, satu pertanyaan yang tak pernah aku lewatkan aku tanyakan para teman pria adalah, ”Andai poliandri dibolehkan, maukah kamu dipoliandri?” Jawabannya adalah : seratus persen mereka menjawab ”TIDAK”. Dan aku selalu lanjut bertanya, ”Kenapa?” Untuk pertanyaan kali ini mayoritas mereka hanya diam, entah tak ingin menjawab atau tak kuasa menjawab. Biasanya, aku yang melanjutkan dengan kalimat seperti ini, ”Kamu nggak perlu menjawab, karena aku rasa aku tahu jawabannya. Kamu tidak mau di-poliandri karena kamu nggak mau berbagi cinta. Kamu tidak mau diduakan. Kamu ingin memiliki dan dimiliki seutuhnya. Benar begitu?” Bisa dipastikan para pria itu akan tersenyum sambil menganggukkan kepala. Nahhhh...., para pria! Wanita sama dengan kalian, punya hati dan perasaan. Jadi, jika kalian tidak mau diduakan, ya jangan menduakan dong! Setuju?

3 komentar:

  1. Saya tdk setuju... beda kodrat... kalo poligami jelas asal usul anak yg akan lahir (bapak dan ibunya), ttp poliandri.... apakah jelas siap bapaknya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. itu bukan masalah kodrat, kodrat adalah sesuatu yg tidak bisa dilakukan karena kondisi atau situasi tertentu, misalnya hanya wanita yg bisa melahirkan karena yg punya rahim adalah wanita. tetapi poliandri itu bisa dilakukan oleh wanita. dan poliandri itu jelas ibunya bukan bapaknya

      Hapus
    2. Saya setuju....masalah poligami itu sebenarnya adalah masalah keegoisan para pria, yang ingin menguasai lebih banyak wanita, kalau agama dibawa-bawa, sebenarnya itu sebagai alat pembenaran saja. Mau ibadah? banyak kok pilihan yang lain .... tul nggak

      Hapus