Kamis, 05 November 2009

Pay it Forward! Merangkai Rantai Kebaikan.


Pernah nonton film ini? Film produksi tahun 2000 an yang menurutku sangat sederhana namun luar biasa. Pay it Forward! Sebuah ide orisinil dari seorang anak berumur sebelas tahun yang bisa merubah dunia. Tiba-tiba saja aku teringat film ini, saat dalam obrolan ringan makan siang, seorang teman mengajak diskusi tentang bagaimana hidup itu harus bisa membawa manfaat bagi orang lain (uffffhh….! Ini sih bukan obrolan ringan, justru dalem bangeetttt).

Film yang disutradarai oleh Mimi Leder itu bercerita bagaimana kebaikan dapat dirangkai menjadi rantai yang tak terputus yang dapat dirasakan oleh banyak orang, bahkan bukan mustahil oleh seluruh manusia di dunia ini.
Pay it Forward alias Bayar di Muka, lahir dari pemikiran sejati Trevor, seorang murid sekolah dasar yang diberi tugas oleh gurunya untuk membuat ide yang dapat merubah dunia. Trevor mempresentasikan idenya, bahwa kita dapat membuat rantai kebaikan yang tak terputus jika kita tak berharap balas budi atas kebaikan yang pernah kita lakukan.

Caranya sederhana, Trevor memilih 3 orang untuk ditolongnya. Salah satunya seorang gelandangan yang kemudian diberinya makan dan pakaian. Saat gelandangan itu bilang terimakasih dan bertanya bagaimana membalas budinya, Trevor hanya menjawab “Pay it Forward” dan minta gelandangan itu untuk membalas budi dengan cara berbuat baik/menolong 3 orang yang lainnya. Kemudian gelandangan itu mencuci mobil Ibu Trevor tanpa diminta, dan Ibu Trevor membalas budi dengan melakukan Pay it Forward dengan mengunjungi ibunya (nenek Trevor) yang selama ini kurang diperhatikannya. Hubungan keduanya kemudian membaik.
Nenek Trevor yang bahagia kemudian menolong seorang pemuda yang sedang tertimpa masalah. Saat pemuda itu bertanya harus membalas dengan apa, sang nenek itu hanya menjawab “Pay it Forward”.
Lalu pemuda itu menolong seorang gadis kecil dengan merelakan kartu antriannya di rumah sakit sehingga gadis itu dapat giliran lebih awal. Bapak sang Gadis yang ternyata seorang kaya raya merasa sangat terkesan dengan kebaikan pemuda itu dan ingin membalas budi. Namun si pemuda menolaknya dan hanya berkata, “Pay it Forward”. Dalam perjalanan, sang Bapak melihat seseorang mobilnya mogok di pinggir jalan. Iapun menolongnya dengan memberikan mobil jaguarnya kepada orang tak dikenalnya itu, sambil berkata, “Pay it Forward!”. Dan ternyata orang tersebut adalah seorang jurnalis televisi. Karena rasa penasarannya, iapun menyelidiki apa dan darimana asal usul ‘Pay it Forward’. Dia pun meruntut mundur semua rangkaian peristiwa hingga ia bisa menemukan Trevor sebagai penggagasnya. Sayang, saat Pay it Forward mulai dikenal banyak orang, Trevor meninggal dunia. Ribuan orang yang telah merasakan kebaikan dan pertolongan dari rantai Pay it Forward pun berduka. Dan Trevor kini dikenang sebagai bocah kecil luar biasa yang telah merubah dunia.

Kebaikan memang selayaknya dibalas dengan kebaikan. Namun jika kita telah berbuat kebaikan, sungguh mulia jika kita tidak berharap balas budi darinya, melainkan menginginkan kebaikan itu diteruskan ke orang yang lainnya. Jika kita semua bersama-sama melakukan ’aksi’ Pay it Forward seperti itu, hmmm.. betapa indah dan panjangnya rantai kebaikan yang bisa dirangkai. Apalagi dalam kondisi negeri kita yang serba carut marut seperti saat ini. Dan, aku yakin, suatu saat rantai kebaikan itu pasti akan kembali pada diri kita, entah kapan dan entah bagaimana proses dan wujudnya nanti.

Nah kawan, tunggu apalagi? Cobalah lihat di sekeliling kita... Kita bisa mulai memilih siapa yang akan kita tolong dan kita berikan kebaikan. Tidak penting berapa jumlah orangnya, yang terpenting adalah kita bersama-sama mulai menggulirkan satu kebaikan dan menjadikannya rantai panjang yang tak terputus... Dan, bayangkan apa yang akan terjadi!



1 komentar: