Kamis, 21 Januari 2010

Inovasi Pak Joni : Es Combor vs Es Campur




Pernah merasa handphone yang baru dipake beberapa bulan sudah terasa jadul alias ketinggalan jaman? Pernah merasa bingung memilih operator telepon mana yang akan dipakai, karena semuanya menawarkan paket yang menguntungkan, hingga akhirnya kamu harus menenteng dua, tiga atau bahkan lima handphone? (Hehe... gue banget nih! Kamu juga pasti kann...?)
Dalam industri global seperti sekarang ini, persaingan antar produsen memang menjadi nyaris tanpa batas. Posisi konsumenpun semakin diuntungkan, tapi sekaligus dibingungkan. Diuntungkan karena konsumen makin dimanjakan dengan aneka rupa penawaran yang menggiurkan, dibingungkan karena makin sulit menentukan pilihan.

Kancah persaingan telah mendesak para penyedia barang dan jasa untuk terus melahirkan produk-produk inovatif yang menarik pasar sekaligus menggeser atau minimal mampu bersaing dengan para kompetitornya.
Inovasi, kini menjadi kata yang amat penting. Produk barang maupun jasa makin cepat menjadi usang dan ketinggalan jaman karena begitu cepatnya produk-produk baru lahir. Para pelaku pasar yang ‘telmi’ pasti akan tergilas. Sebaliknya yang kreatif dan inovatif pasti akan berkibar.

Tapi, bukankah inovasi itu rumit dan mahal? Hmmm... siapa bilang?

Pak Joni, seorang penjual es sejak belasan tahun lalu, hingga kini usahanya tetap eksis bahkan makin berkembang. Jumlah pelanggannya terus bertambah, dan tentu saja omzetnya pun terus melambung.
Barangkali Pak Joni tak pernah mengenal kata Inovasi. Tapi itulah yang sudah dilakukannya, sehingga usahanya dapat terus berkibar.

Aku adalah salah satu pelanggan setianya. Dulu setiap pulang sekolah, aku selalu menanti kemunculannya lewat depan rumah. Hingga kini, setiap pulang kampung aku tak pernah melewatkan kuliner ke kedai Joni.
”ES JONI” menjadi merk nya dari dulu hingga sekarang.
Aku kagum dengan cara jualan Pak Joni ini. Bayangkan, lebih dari dua puluh tahun dia dapat terus bertahan, bahkan makin berkembang.

Dulu Pak Joni menjajakan jualannya keliling kampung sambil mendorong gerobak kecilnya. Para pelanggannya adalah anak sekolahan yang menghabiskan sisa uang saku. Aku ingat betul, dulu es Pak Joni hanyalah es batu yang dipasrah halus yang diberi gula dan santan. Orang menyebutnya ’Es Combor’. Lalu dia menambahkan menunya dengan tape ketan hitam, yang kemudian ditambah dengan roti.

Sekarang, Pak Joni tidak lagi berjalan keliling. Ia sudah punya kedai kecil di lokasi yang sangat strategis, yakni di depan stadion olahraga kota Banyuwangi. Racikan es nya pun sudah jauh berubah, dan jauh lebih enak. Beberapa bahan seperti cendol, alpukat, kelapa muda, cao, tape singkong, kolang kaling, dan susu menjadi andalan ”Es Campur Joni” yang banyak digemari itu.

Pak Joni juga menjamu para pelanggannya dengan aneka jajanan yang tersaji di meja. Jajanan itu adalah titipan dari para pemasok, bukan buatan Pak Joni sendiri. Langkah yang cerdik : tak perlu modal, dapat persen keuntungan, dan juga bisa menambah varians produknya. Pak joni sendiri bisa fokus pada core business nya.
Tak hanya itu, Pak Joni juga bersinergi dengan beberapa kawan pedagang lainnya. Di sebelah kedainya ada warung bakso dan mie pangsit yang juga cukup terkenal. Bisa ditebak, selain para pelanggan setianya, pelanggan pak Joni adalah para pelanggan bakso dan mie pangsit tersebut! Luar biasa kan?

Kini, Pak Joni mempekerjakan beberapa orang untuk membantunya berjualan. Ia pun bisa menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya yang tinggal di Solo.

Inovasi Pak Joni tidaklah serumit teori yang diajarkan para dosen atau ditulis oleh para pakar. Inovasi Pak Joni lahir dari kemauan untuk terus maju dan berkembang. Desakan untuk bisa tetap bertahan memaksanya berpikir kreatif memunculkan ide dan gagasan. Dan kini, meski Pak Joni tetap memilih jalan hidupnya sebagai penjual es, tapi ia menjadi penjual es yang inovatif!

Semoga menjadi inspirasi bagi kita semua!

1 komentar:

  1. ada ada saja idemu pren..! moga2 jualan pulsaku bisa selaris es combor pak joni ya.. hehehe..

    BalasHapus